Sabtu, 12 Februari 2011

Pendidik dan Peseta Didik dalam PendIdikan Islam

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENDIDIK
1. PENGERTIAN PENDIDIK
Dalam konteks pendidikan islam, pendidik di sebut dengan murrabi, muallim dan muaddib. Kata murabbi berasal dari kata rabba, yurabbi.Kata atau istilah “murabbi”misalnya, lebih mengarah pada pemeliharaan, baik yang bersifat jasmani dan rohani. Pemeliharaan seperti ini terlihat dalam proses orang tua membesarkan anaknya.Mereka tentunya berusaha memberikan pelayanan secara penuh agar anaknya tumbuh dengan fisik yang sehat dan kepribadian serta akhlak yang terpuji.
Bagi mereka yang cenderung memakai istilah tarbiyah, tentu murabbi adalah sebutan yang tepat untuk seorang pendidik. Begitu juga halnya dengan mereka yang cenderung menggunakan term ta’dib untuk mengistilahkan pendidikan, tentunya mu’addib menjadi pilihannya dalam mengungkapkan atau mengistilahkan seorang pendidik. Namun demikian, tampaknya istilah mu’allim lebih sering dijumpai dalam berbagai literatur pendidikan islam, dibandingkan dengan yang lainnya.

2. SECARA TERMINOLOGI
Pendidik yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaan.Hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan kewajiban agama, dan kewajiban hanya dipikulkan kepada orang yang telah dewasa. Kewajiban itu pertama-tama bersifat personal, dalam arti bahwa setiap orang bertanggung jawab atas pendidikan dirinya sendiri, kemudian bersifat sosial dalam arti bahwa setiap orang bertanggung jawab atas pendidikan orang lain. Hal ini tercermin dalam firman Allah sebagai berikut:
“Hai orang-orang yang beriman,peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu,penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar ,keras tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahNya kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (Qs.Al-tahrim:6)
Para pakar menggunakan rumusan yang berbeda tentang pendidik:
a) Moch.Fadhil al-djamil menyebutkan, bahwa pendidik adalah orang yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik sehingga terangkat derajat kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiliki oleh manusia.
b) Marimba mengartikan pendidik sebagai orang yang memikul pertanggung-jawaban sebagai pendidik, yaitu manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab tentang pendidikan peserta didik.
c) Sutari imam Barnadib mengemukakan, bahwa pendidik adalah setiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaan peserta didik.
d) Zakiah Daradjat berpendapat bahwa pendidik adalah individu yang akan memenuhi kebutuhan pengetahuan, sikap dan tingkah laku peserta didik.
e) Ahmad Tafsir mengatakan bahwa pendidik dalam islam sama dengan teori di barat, yaitu siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik.
Di Indonesia pendidik disebut juga guru yaitu, “orang yang digugu dan ditiru”. Menurut Hadari Nawawi guru adalah orang-orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau di kelas.Lebih khususnya diartikan orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran,yang ikut bertanggung jawab dalam membentuk anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing.
Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dibedakan antara pendidik denagn tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, pasilitator, dan sebutan lain yang sesuai denag khususnya serta berpartisifasi dalam penyelenggaraan pendidikan.

3. JENIS PENDIDIK
Pendidik dalam pendidikan isalam ada beberapa macam:
1) Allah SWT
Dari berbagai ayat al-Quran yang membicarakan tentang kedudukan Allah sebagai pendidik dipahami dalam firman-firman yang diturunkannya kepada Nabi Muhammad SAW. Allah memiliki pengetahuan yang amat luas. Ia juga sebagai pencipta,
 Firman Allah SWT yang artinya:
“ Segala pujian bagi Allah rabb bagi seluruh alam”. (Qs. Al-Fatihah:1)
 Sabda Rasululloh SAW yang artinya:
“ Tuhanku telah adabani (mendidik) ku sehinggamenjadi baik pendidikan”.
Berdasarkan ayat dan hadits di atas dapat difahami bahwa Allah SWT sebagai pendidik bagi manusia.
2. Nabi Muhammad SAW
Nabi sendiri mengidentifikasikan dirinya sebagai mualim (pendidik). Nabi sebagai peerima wahyu Al-Quran yang bertugas menyampaikan petunuk-petunujuk kepada seluruh umat islam kemudian dilanjutkandengan menngajarkan kepada manusia ajaran-ajaran tersebut. Hal ini pada intinya menegaskan bahwa kedudukan nabi sebagai pendidik ditunjuk langsung oleh Allah SWT.
3. Lingkungan Keluarga
Pendidik dalam lingkungan keluarga, adalah orang tua.hal ini disebabkan karena secara alami anak-anak pada masa awal kehidupannya berada di tengah-tengan ayah dan ibunya. Dari merekalah anak mulai mengenal pendidikannya. Dasar pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup banyak tertanam sejak anak berada di tengan orang tuanya.
Al-Quran menyebutkan sifat-sifat yang dimiliki oleh orang tua sebagai guru, yaitu memiliki kesadran tentang kebenaran yang diperoleh melalui ilmu dan rasio dapat bersyukur kepada Allah, suka menasehati anaknya agar tidak menyekutukan tuhan, memerintahkan anaknya agar menjalankan perintah solat, sabar dalam menghadapi penderitaan.
4. Guru
Pendidik di lenmbaga pendidikan persekolahan disebut dengan guru, yang meliputi guru madrasah atau sekolah sejak dari taman kanak-kanak, sekolah menengah, dan sampai dosen-dosen di perguruan tinggi, kiyai di pondok pesantren, dan lain sebagainya. Namun guru bukan hanya menerima amanat dari orang tua untuk mendidik, melainkan juga dari setiap orang yang memerlukan bantuan untuk mendidiknya. Sebagai pemegang amanat, guru bertanggung jawab atas amanat yang diserahkan kepadanya. Allah SWT menjelaskan: ”sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak yang menerimanya, dan menyuruh kamu apabilamenetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Aalah Maha Mendengar Lagi Maha Melihat. (Q.S an-Nisa’ : 58)

4. KEUTAMAAN PENDIDIK
Dilihat secara mendalam bahwa pekerjaan sebagai guru adalah suatu pekerjaan yng luhur dan mulia, baik ditinjau dari sudut masyarakat, negara dan dari sudut keagamaan. Dalam ajaran islam pendidik sangatlah dihargai kedudukannya. Hal ini dijelaskan oleh Allah maupun oleh Rasul-Nya.
Firman Allah SWT
Artinya :
“Allah meningkatkan derajat orang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat”. (Q.S Al-Mursalat : 11)
Sabda Rasulullah SAW
Artinya :
“sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya”. (H.R. Bukhori)
Sabda Rasulullah SAW
Artinya :
“Tinta para ulama lebih tinggi nilainya dari pada darah para shuhsds”. (H.R. Abu Daud dan Tirmizi).
Firman Allah dan sabda Rasul tersebut menggambarkan tingginya kedudukan orang yang mempunyai ilmu Pengetahuaan (pendidik). Hal ini beralasan bahwa dengan pengetahuan dapat mengantarkan manusia untuk selalu bergikir dan menganalisa hakikat semua fenomena yang ada pada alam, sehingga mampu membawa manusia semakin dekat dengan Allah. Dengan kemampuan yang ada pada manusia terlahir teori-teori untuk kemaslahatan manusia.
Pendidikan di lingkungan pesantren, menjadikan guru atau kiai yang menjadi tokoh panutan dan mempunyai kewibawaan rohani yang tinggi. Begitu juga halnya dengan guru yang berada di pedesaan bahwa mereka dipandang sebagai orang yang punya kelebihan, mereka lebih dihormati dan tampil sebagai pemeran utama di dalam masyarakat. Mereka danggap sebagai elite desa.
Pendidikan islam sarat dengan konsepsi ketuhanan yang memiliki berbagai keutamaan. Abd. Al-Rahman al-Nahlawi menggambarkan orang yang berilmu diberi kekuasaan menundukkan alam semesta demi kemaslahatan manusia. Oleh karena itu dalam kehidupan sosial masyarakat, para ilmuwan (pendidik) di pandang memiliki harkat dan martabat yang tinggi. Dan itu pulalah sebabnya al-Ghazali meletakkan posisi pendidik ada posisi yang penting, dengan keyakinan bahwa pendidik yang benar merupakan jalan untuk mendekatkan diri pada Allah dan untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

5. TUGAS, TANGGUNG JAWAB, DAN HAK PENDIDIK
1. Tugas Pendidik
Tugas yang diemban seorang pendidik hampir sama dengan tugas seorang Rasul.
a) Tugas secara umum
Tugas pendidik yang utama adalah, menyempurnakan, membersihkan, menyucikan hati manusia untuk ber-taqarrub kepada Allah. Sejalan dengan ini Abd al-Rahman al-Nahlawi menyebutkan tugas pendidik pertama, fungsi penyucian yakni berfungsi sebagai pembersih, pemelihara, dan pengembang fitrah manusia. Kedua, fungsi pengajaran yakni meng-internalisasikan dan mentranformasikan pengetahuan dan nilai-nilai agama kepada manusia.
b) Tugas secara khusus
1) Sebagai pengajar (instruksional) yang bertugas merencanakan program pengajarandan melaksanakan program yang telah disusun, dan penilaian setelah program itu dilaksanakan.
2) Sebagai pendidik (edukator) yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan yang berkepribadian insan kamil, seiring dengan tujuan Allah menciptakan manusia.
3) Sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin dan mengendalikan diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait. Menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, partisipasi atas program yang dilakukan itu.


2. Tanggung Jawab Pendidik
Berangkat dari uraian di atas maka tanggung jawab pendidik sebagaimana disebutkan oleh Abd al-Rahman al-Nahlawi adalah, mendidik individu supaya beriman kepada Allah supaya beriman kepada Allah dan melaksanakan syari’atNya, mendidik diri supaya beramal saleh, dan mendidik masyarakat untuk saling menasehati dalam melaksanakan kebenaran, saling menasehati agar tabah dalam menghadapi kesusahan beribadah kepada Allah serta menegakkan kebenaran. Tanggung jawab itu bukan hanya sebatas tanggung jawab moral seorang pendidik terhadap peserta didik, akan tetapi jauh darin itu. Pendidik akan mempertanggung jawabkan atas segala tugas yang dilaksanakannya kepada Allah sebagaimana hadist Rasul. “Dari Ibnu Umar r.a berkata : Rasulullah SAW bersabda : Masing-masing kamu adalah pengembala damasing-masing bertanggung jawab atas gembalanya: pemimpin adalah pengembala, suami adalah pengembala terhadap anggota keluarga, dan istri adalah pengembala di tengah-tengah rumah tangga suaminya dan terhadap anaknya. Setiap orang diantara kalian adalah pengembala, dan masing-masing bertanggung jawab atas apa yang di gembalanya”. (H. R. Bukhori dan Muslim).

6 KODE ETIK PENDIDIK

a) Kode etik Pendidik Indonesia
Kode etik menurut UU No. 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokokkepegawaian dinyatakan bahwa kode etik adalah sebagai pedoman sikap tingkah laku dan perbiuatan di dalam dan di luar kedinamisan. Menurut Basuni Ketua Umum PGRI tahun 1973 menyatakan bahwa Kode Etik Guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdinya bekerja sebagi guru.
Kode etik guru ada 2 macam, yaitu :
1. Kode Etik Guru Indonesia
Persatuan Guru Republik Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah merupakan suatu bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Bangsa dan Tanah Air serta kemanusiaan pada umumnya dan guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 merasa turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, maka Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya sebagai guru dengan mempedomani dasar-dasar sebagai berikut :
• Guru berbakti membimbing anak-didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila.
• Guru mempunyai kejujuran professional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak-didik masing-masing.
• Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang peserta didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan. Dst.
2. Kode Etik Jabatan Guru
• Guru sebagai manusia Pancasila hendaknya menjunjung tinggi dan mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
• Guru sek\laku pendidik hendaknya bertekad untuk mencintai anak-anak dahn jabatannya, serta selalu menjadikan dirinya suri teladan bagi peserta didiknya.
• Setiap guru berkewajiban selalu menyelaraskan pengetahuan dan meningkatkan kecakapan profesinya dengan perkembangan ilmu pengetahuan terakhir. Dst.

3. Kode Etik Pendidik Dalam Pendidikan Islam
Al-Kanani (w. 733 H) mengemukakan persyaratan seorang peserta pendidik atas tiga macam yaitu : Yang berkenaan dengan dirinya sendiri, yang berkenaan dengan pelajaran, dan yang berkenaan dengan muridnya.

7. PERAN PENDIDIK
Firman Allah SWT : Artinya :
Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan padanya Al-Kitab, al-hikmah, dan kenabian lalu berkata kepad manusia: “Hendaklah kamu enjadi hamba-hambaku, bukan hamba-hamba Allah”. Akan tetapi (hendaklah ia berkata), “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan al-Kitab dan disebabkan karena kamu tetap mempelajarinya”. (Q.S. Ali Imran : 79)
“Ya Tuhan kami, utuslah umtuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan keada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkau Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana.(Q.S. Al Baqarah : 129)
Berdasarkan firman Allah di atas, al-Nahlawi menyimpulkan bahwatugas pokok (peran utama) guru dalam pendidikan islam adalah sebagai berikut :
1. Tugas Pensucian. Guru hendaknya mengembangkan dan membersihkan jiwa peserta didik agar dapat mendekatkan diri pada Allah SWT,
2. Tugas Pengajaran. Guru hendaknya menyampaikan berbagai pengetahuan dan pengalaman kepada peserta didik untuk diterjemahkan dalam tingkah laku dan kehidupannya.

B. PESERTA DIDIK
1. PENGERTIAN
Peserta didik secara formal adalah orang yang sedang berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis, pertumbuhan dan perkembangan merupakan cirri dari seseorang peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik. Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota Masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

2. KEBUTUHAN PESERTA DIDIK
a. Kebutuhan Fisik
Fisik peserta didik mengalami pertumbuhan fisik yang cepat terutama pada masa pubertas . Kebutuhan biologis, yaitu berupa makan, minum dan istirahat, dimana hal ini menuntut peserta didik untuk memenuhinya dan dapat memberikan informasi yang memadai tentang pertumbuhan melalui berbagai kegiatan bimbingan seperti bimbingan pribadi atau dalam bimbingan kelompok.
b. Kebutuhan Sosial
Kebutuhan sosial yaitu kebuuhan yang berhubungan langsung dengan masyarakat agar peserta didik dapat berinteraksi dengan masyarakat lingkungannya, seperti diterima oleh teman-temannya secara wajar.
c. Kebutuhan Untuk Mendapatkan Status
Peserta didik juga butuh kebanggaan untuk diterima dan dikenal sebagai individu yang berarti dalam kelompok teman sebayanya, karena sangat penting bagi peserta didik dalam mencari identitas diri dan kemandirian.
d. Kebutuhan Mandiri
Peserta didik pada usia remaja ingin lepas dari batasan-batasan atau aturan orang tuanya dan mencoba untuk mengarahkjan dan mendidiplinkan dirinya sendiri.
e. Kebutuhan Untuk Berprestasi
Dengan terpenuhinya untuk memiliki status atau penghargaan dan kebutuhan untuk hidup mandiridapat membuat peserta didik giat untuk mengejar prestasi.
f. Kebutuhan Ingin Disayangi dan Dicintai
Rasa ingin disayangi dan dicintai merupakan kebutuhan yang esensial, karena dengan terpenuhi kebutuhan ini akan mempengaruhi sikap mental peserta didik. Dalam agama cinta kasih yang paling tinggi diharapkan dari Allah SWT. Itu sebabnya setiap orang berusaha mencari kasih saying dengan mendekatkan diri kepada-Nya.
g. Kebutuhan Untuk Curhat
Kebutuhan untuk curhat terutama dimaksudkan suatu kebutuhan untuk dipahami ide-ide dan permasalahan yang dihadapinya.
h. Kebutuhan Untuk Memiliki Filsafat Hidup
Peserta didik mempunyai keinginan untuk mengenal apa tujuan hidup dan bagaimana kebahagiaan itu diperoleh, dan mereka membutuhkan pengetahuan-pengetahuan yang jelassebagai suatu filsafatyang memuaskan yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengarungi kehidupan ini.

3. DIMENSI PESERTA DIDIK
a) Dimensi Fisik (Jasmani)
Menurut Widodo Supriyono, manusia merupakan makhluk multidimensional yang berbeda dengan makhluk lainnya. Fisik atau jasmani terdiri atas organism fisik. Organism manusia lebih sempurna dibandingkan organism makhluk lainnya. Pada dimensi ini proses penciptaan manusia memiliki kesamaan dengan hewan ataupun tumbuhan, karena semuanya termasuk bagian dari alam. Namun manusia merupakan makhluk boitik yang unsure-unsur pembentukan materialnya bersifat professional antara unsur material yang sama yakni terbuat dari unsur tanah, api, udara dan air, sehingga manusia disebur sebagai makhluk yang sempurna dan terbaik penciptaannya. Firman Allah SWT :
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (Q. S. Al-Tiin : 4)
b) Dimensi Akal
Al-Ishfani membagi akal manusia kepada dua macam, yaitu:
a) Aql al-Mathhu’ yaitu,akal yang merupakan pancaran dari Aallah sebagai fitrah ilahi
b) Aql al-Masmu’ yaitu, akal yang merupakan kemampuan penerinma yang dapat dikembangkan oleh manusia.
Fungsi akl manusia terdiri dari beberapa macam, yaitu :
1) Akal adalah penahanan nafsu.
2) Akal adalah pengertian dan pemikiran uang berubah-ubah dalam menghadapi sesuatu baik yang tampak jelas maupun tidak jelas.
3) Akal adalah petunjuk yang dapat membedakan hidayah dan kesesatan.
4) Akal adalah kesadaran batin dan pengaturan.
5) Akal adalah pandangan batin yang berdaya tembus melebihi penglihatan mata.
6) Akal adalah daya ingat mengambil dari yang telah lampau untuk masa yang akan dihadapi.
c) Dimensi Keberagaman
Manusia adalah makhluk yang berketuhanan, dalam pandangan islam, sejak lahir manusia telah mempunyai jiwa agama, jiwa yang mengakui adanya zat Yang Maha Pencipta dan Maha Kuasa yaitu Allah Swt. Sejak di dalam roh, manusia telah mempunyai komitmen bahwa Allah adalah Tuhannya. Pandangan ini bersumber pada Firman Allah Swt :
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”. Merekan menjawab : “Betul (Engkau Tuhan Kami), kami menjadi saksi”. (kami lakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan : “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (Keesaan Allah)”. (Q. S. al-A’raf : 172)
Manusia adalah basil dari proses pendidikan yang mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pendidikan akan mudah tercapai kalau ia mempunyai kesamaan dengan sifat-sifat dasar dan kecenderungan manusia pada objek-ibjek tertentu.
d) Dimensi Akhlak
Salah satu dimensi manusia yang sangat diutamakan dalam pendidikan Islam adalah akhlak. Akhlak menurut pengertian islam adalah salah satu hasil dari iman dan ibadat, karena iman dan ibadat manusia tidak sempurna kecuali jika muncul akhlak yang mulia. Maka akhlak dalam Islam bersumber pada iman dan taqwa yang mempunyai tujuan langsung yaitu harga diri dan tujuan jauh, yaitu ridha Allah Swt.
Tujuannya untuk membentuk manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam bicara dan perbuatan mulia dalam tingkah laku, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci.
e) Dimensi Rohani (Kejiwaan)
Merupakan suatu dimensiyang sangat penting dan memiliki pengaruh dalam mengendalikan keadaan manusia agar dapat hidup sehat, tentram dan bahagia.
Insane merupakan makhluk yang diciptakan dari tubuh yang dapat dilihatoleh pandangan dan jiwa yang bisa ditanggapi oleh akal dan bashirah, tetapi tidak dengan pancaindera.
Seni adalah bagian dari hidup manusia. Allah telah menganugrahkan kepada manusia untuk mencapai tujuan hidupnya, yaitu untuk beribadah kepada Allah dan melaksanakan fungsi kekhalifahannya di dunia. Seorang mukmin juga mencintai keindahan , karena Rabbnya mencintai yang indah, Allah itu indah dan mencintai yang indah.
f) Dimensi Sosial
Setiap individu adalah dari kelompoknya, kelompok kecil dalam masyyarakat adalah keluarga. Maka agen si\osialisasi bagi seorang anak adalah orang tuanya, yang harus menyadari bahwa setiap interaksinya dengan anak merupakan kesempatan baik untuk menanamkan benih penyesuaian dan pembentukan watak yang dapat menghasilakan buah. Bahkan kecepatan perkembangan social anak tergantung pada pemeliharaan sebelum lahir, yaitu bagaimana reaksi orang-orang disekitarnya terutama orang tua baik yang disadari atau tidak disadari keberadaannya, dan kemudian dilanjutkan pendidikan setelah lahir.

4. INTELEGENSI PESERTA DIDIK
Intelegensi (kecerdasan) menurut Crow and Crow berarti kapasitas umum dari seorang individu yang dapat dilihat pada kesanggupan pikirannya dalam mengatasi tuntutan kebutuhan-kebutuhan baik keadaan rohniah secara umum yang dapat disesuaikan dengan pronlem-problem dan kondisi-kondisi baru di dalam kehidupan.
Pada saat ini pemahaman terhadap kecerdasan itu sudah berkembang diantaranya :
a. Kecerdasan Intelektual
Yaitu kecerdasan yang menuntut pemberdayaan otak, hati, jasmani, dan pengaktifan manusia untuk berinteraksi secara fungsional dengan yang lain, yang berhubungan dengan proses kognitif seperti berfikir, daya menghubungkan dan menilai atau mempertimbangkan sesuatu atau kecerdasan yang berhubungan dengan strategi pemecahan masalah dengan menggunakan logika.
Ciri kecerdasan intelektual yaitu, menurut Thurstone dengan teori multifaktornya mencakup pada factor ingatan, factor verbal, factor bilangan, faktorkelancaran kata-kata, faktorpenalaran, faktorpersepsi dan factor ruang. Menurut Nanan Syaodah menyimpulkan ciri perilaku yang memiliki kecerdasan tinggi yaitu: terah pada tujuan, tingkah laku terkoordinasi, sikap jasmani, memiliki daya adaptasi yang tinggi, berorientasi kepada sukses, mempunyai motifasi yang tinggi, dilakukan dengan cepat dan menyangkut kegiatan yang luas. Kemudian Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir menyatakan bahwa kecerdasan intelektual meliputi: berfikir, memahami, memperhatikan, melihat dengan seksama, mengmbil perumaan, interpretasi, merenung, menganalogi, menalar, mengingat, menghitung, mempresepsi, memprediksi, memecahkan masalah secara rasional.
b. Kecerdasan Emosional
Menurut Daniel Golemen kecerdasan emosional yaitu, kemampuan untuk memotifasidiri sendiri, bertahan menahan frustasi, mengendalikan dorongan hati, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati, menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdoa.
Kecerdasan emosional merupakan hasil kerja dari otak kanan. Sedangkan kecerdasan intelektual merupakan hasil kerja otak kiri. Menurut De Porter dan Hamacke, otak kanan manusia memiliki cara kerja yang logic, sekuensi, rasional, dan linear.
Goleman menyatakan bahwa ciri-ciri kecerdasan emosional pada dasarnya memiliki lima aspek, yaitu:
• Kemampuan mengenali emosi diri
• Kemampuan menguasai emosi sendiri
• Kemampuan memotivasi emosi diri
• Kemampuan mengenali emosi orang lain
• Kemampuan mengembangkan hubungan dengan orang lain
Sedangkan cirri akhlak islam antara lain :
1. Bersifat menyeluruh (Universal)
2. Ciri-ciri keseimbangan islam dengan ajaran-ajaran dan akhlaknya menghargai tabiat manusia
3. Bersifat sederhana akhlak dalam islam berciri kesederhanaan dan tidak berlebihan pada salah satu aspek
4. Realistis
5. Adanya Kemudahan
6. Mengikuti kepercayaan dengan amal
7. Tetap dalam dasar-dasar dan prinsip-prinsip akhlak umum.
Sedangkan Jalaludin Rahmat mengemukakan bbahwa untuk memperoleh kecerdasan emosional yang tinggiharus dilakukan hal-hal berikut :
1. Musyarathah, berjanji pada diri sendiri untuk membiasakan perbuatan baik dan membuang perbuatan buruk.
2. Muraqabah, memonitor reaksi dan perilaku sehari-hari
3. Muhasabah, melakukan perhitungan baik dan buruk yang pernah dilakukan, dan
4. Mu’atabah dan Mu’aqabah, mengecam keburukan yang dikerjakan dan menghukum diri sendiri (sebagai hakim sekaligus sebagai terdakwa).
c. Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan Spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas. Menurut Ary Ginanjar Agustian, kecerdasan spiritual adalah, kemampuan untuk member makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya, dan memiliki pola pemikiran tauhid serta berprinsif hanya karena Allah.
Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual
1. Bersikap Asertif, mempunyai kesadaran bahwasannya di dunia ini tidak ada yang lebih baik dan sempurna.
2. Berusaha mengadaakan inovasi, untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari saat ini yang dicapai manusia.
3. Berfikir lateral, yakni pada saat sifat keunggulan yang dimiliki manusia maka ada sifat Maha bila otak kita berfikir tentang rasionalitas maka ada yang Maha Pencipta, Maha Menentukan, Maha Pemilihara.
Kecerdasan Spiritual dapat dikembangkan dengan berbagai cara:
 Melalui Iman, M Utsman menjelaskan Iman adalah sumber ketenangan bathin dan keselamatan kehidupan. Subtansi dari iman adalah sikap iklas dan mengerjakan semua kebaikan, selalu berlindung kepada-Nya, dan Ridho terhadap qadha dan qadar Allah Swt.
 Melalui Ibadah, yang dikerjakan oleh seseorang dapat membersihkan jiwanya, bertambah banyak ia beribadah bertambah bersih jiwanya -di dalam ajaran Islam Tuhan itu dilukiskan sebagai zat yang maha suci- ia tidak bisa didekati kecuali oleh orang yang suci jiwanya.
d. Kecerdasan Qalbiyah
Yaitu menurut Abd. Mujib, kecerdasan qalbiyah yaitu, sejumlah kemampuan diri secara cepat dan sempurna, untuk mengenal kalbu dan aktifitas-aktifitasnya, mengelola dan mengekspresikan jenis-jenis kalbu secara benar,
Juga menjelaskan bahwa pengerian Qalbiyah dapat dijabarkan dalam beberapa jenis kecerdasan qalbiyah yaitu : Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Moral, Kecerdasan Spiritual, dan Kecerdasan Beragama.
Ciri utama kecerdasan ini yaitu :
a. Respon yang intuitif ilabiab
b. Lebih mendahulukan nilai-nilai ketuhanan yang universal dari pada nilai0nilai kemanusiaan yang temporer
c. Realitas subyektif individu (dari pengalaman beribadah) diposisikan sama kuatnya, atau lebih tinggi kedudukannya dengan realitas obyaektif
d. Diperoleh melalui pendekatan penerapan spiritual keagamaan dan pensucian diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar